Sejak Kecil Tak Mengenal Ayah
Perilaku seks bebas, tampaknya, semakin menggejala di kalangan remaja dan pelajar kita. Terungkapnya kasus video porno dan foto bugil pelajar di Kepung dan Nganjuk selama Ramadan kali ini seolah menjadi cerminan fenomena gunung es dari perilaku tersebut. Mengapa itu bisa terjadi? Apa saja faktor yang mendorong mereka berbuat demikian?
—
Melihat wajahnya sekilas, mereka terkesan sebagai remaja yang baik-baik saja. Hampir tak beda dengan remaja lain seusianya. Nr, 16, Rz, 16, dan Ii, 15, tiga tersangka pembuat dan pemeran video porno di Kepung, suka sepak bola. Mereka juga doyan nasi goreng. Bahkan, sebagian dikenal sebagai ‘bocah’ yang rajin membantu keluarga. Seperti Rz yang setiap pagi membantu kakeknya bertani di sawah sebelum berangkat ke sekolah.
Tapi, siapa sangka jika mereka bisa melakukan perbuatan laiknya orang dewasa? Ditemui di sel tahanan anak Mapolres Kediri, beberapa waktu lalu, tutur kata remaja-remaja itu memang terkesan lugu. Namun, di balik itu ada gurat rahasia di balik tatapan mata mereka. Kegelisahan!
Mereka gundah. Butuh perhatian. Ada ruang kosong dalam hidupnya yang nyaris tak pernah terisi sejak masih bayi. Dan, itu sangat mereka rindukan. Seperti Rz yang menjadi tersangka utama kasus ini. Ia bahkan belum pernah melihat ayah kandungnya hingga seusia sekarang. “Bapak dan ibunya sudah bercerai saat dia masih bayi,” ungkap Sutinem, neneknya.
Ibunya kemudian menikah lagi dan tinggal di Jakarta bersama suami barunya. “Pulangnya setahun sekali,” lanjut Sutinem. Adapun Rz dititipkan kepadanya. Tapi, sehari-hari, remaja tersebut hanya tinggal bersama sang paman di rumah yang bersebelahan dengan Sutinem. Tepatnya di Desa Kepung Timur, Kecamatan Kepung.
Di rumah itulah salah satu adegan mesum dengan An, cewek 14 tahun yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) dilakukan. “Sejak bercerai, ayahnya belum pernah sekalipun menengok dan memberi nafkah,” sambung Sutinem.
Dalam suasana keluarga yang demikian, Rz mengaku bahwa pengawasan terhadapnya longgar. Salah satu buktinya, dia bisa melakukan adegan dalam rekaman tersebut di rumahnya sendiri pada siang hari. “Sejak SMP saya sudah pacaran,” akunya.
Bahkan, dia biasa mengajak sang pacar ke rumah. Lalu, saat masuk SMK, Rz mulai mengenal video porno. “Dari HP (handphone) teman-teman,” lanjutnya. Inilah yang kemudian membuat darah mudanya semakin bergejolak. Hingga, mendorongnya untuk mencoba.
Menurut pengakuannya, An adalah perempuan pertama yang diajaknya ‘begituan’. “Dia bukan pacar saya,” sebutnya. Gadis tersebut juga bukan pacar Nr maupun Ii. Namun, diduga An mempunyai hubungan dengan Ft, teman mereka, yang hingga kini masih menjadi buron polisi.
Di sinilah ada perbedaan dengan kasus video dan foto porno yang lain. Sebab, baik foto bugil pelajar putri SMP di Kepung maupun video porno Klotok, Nganjuk, dan Kertosono, semua dilakukan dengan pacarnya.
Hal serupa dialami Nr, sahabat karib dan teman sekelas Rz. Sejak kecil dia harus kehilangan kontak dengan ayahnya yang meninggalkan rumah tanpa alasan yang jelas. Karena kejadian itu pula, sejak Nr kelas VII SMP, ibunya harus membanting tulang, bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Bali. “Pulangnya hanya dua tahun sekali,” ungkap Nr.
Makanya, di rumah, dia hanya tinggal bersama kakaknya yang berusia 20 tahun. Adapun komunikasi dengan ibunya hanya dilakukan lewat SMS atau telepon. “Tiap hari memang SMS atau telepon, tapi sering kangen. Pengin ketemu,” tutur siswa kelas X SMK Canda Bhirawa, Pare ini.
Seperti Rz, Nr mengaku terdorong untuk melakukan seks pranikah setelah sering melihat gambar atau video porno dari ponsel teman-temannya. Bahkan, dia mengenalnya sejak masih SMP. “Waktu kelas IX (kelas tiga SMP, Red),” akunya. Namun, dia menyatakan belum pernah berbuat terlalu jauh. Kecuali, dengan An dalam kasus yang menyeretnya ke penjara kali ini.
Tapi, apakah latar belakang keluarga menjadi satu-satunya faktor pendorong mereka berbuat demikian? Tampaknya, tidak. Ii, ‘kamerawan’ rekaman tersebut, datang dari keluarga baik-baik. Kedua orang tuanya masih lengkap. Bahkan, dia berkelimpahan kasih sayang yang cukup.
Di keluarganya pun, Ii dikenal pemalu dan pendiam. Kegiatannya di rumah lebih banyak dihabiskan untuk menonton televisi sampai malam. “Sudah sering diingatkan. Tapi, kalau belum jam 12 malam, belum ngantuk katanya,” ujar Sunarsih, ibunya.
Lalu, mengapa Ii bisa ikut terseret dalam perbuatan tersebut meskipun hanya sekadar merekam? Sunarsih menduga, anaknya terpengaruh dari pergaulan. Terutama, ketika akrab dengan Rz yang merupakan tetangga depan rumahnya. “Saya sempat khawatir dia ikut-ikutan nakal,” lanjutnya.
Ii sendiri mengaku melakukan hal itu karena diajak teman-temannya. “Hanya iseng,” akunya. Sebelumnya, dia tak pernah berbuat demikian. Soal tontonan video dan gambar porno, dia juga baru mengenal dari teman-temannya tersebut.
Lantas, bagaimana dengan kasus-kasus lain yang melibatkan pacar masing-masing? Faktor pergeseran budaya dan longgarnya norma, tampaknya, lebih mengemuka. Sebab, sebagian besar mereka datang dari keluarga baik-baik saja. Prestasinya di sekolah juga tidak mengecewakan.
Sementara, adegan yang mereka lakukan bukanlah yang pertama kali alias sudah terbiasa. Seperti kasus foto bugil Ha, 16, siswi SMP di Kepung. “Kami enam kali melakukannya,” aku pacar Lambang, 20, ini kepada polisi.
Itu pula yang diakui oleh para pelaku dalam kasus video mesum di Klotok, Nganjuk, maupun Kertosono. Semua bermula dari pengalaman mereka menonton video atau gambar porno. Lalu, mereka terangsang untuk mencobanya bersama pacar. Soal dosa, dampak psikologis, atau risiko penyakit kelamin dan taruhan masa depan, mereka tak terlalu memedulikannya.
Catatan Radar Kediri, kasus-kasus yang terungkap itu hanya merupakan puncak dari fenomena gunung es. Di bawahnya, masih banyak yang lain. Beberapa waktu lalu, koran ini pernah menurunkan laporan tentang ‘ayam abu-abu’ yang mulai marak di Kediri. Para pelajar putri itu mengaku sudah terbiasa melakukan seks pranikah. Bahkan, untuk dikomersialkan. (c1/hid)
sumber : http://oklex.wordpress.com